Banua Ananggodi, adalah
sekolah alternatif yang mengajarkan kepadaku banyak hal yang tak kudapat pada
pelajaran-pelajaran yang diajarkan di sekolah pada umumnya.
Aku masih kelas
dua SMP saat bergabung bersama Banua Ananggodi. Saat itu di Banua Ananggodi
sedang sibuk-sibuknya persiapan untuk kunjungan budayanya yang pertama.
Kunjungan budaya yang dilaksakan bertujuan, seperti yang selalu kak Wawan
katakan kepada kami, yaitu untuk mengenal kearifan budaya lokal kita.
Kami anak-anak Banua
Ananggodi sangat menanti-nanti kunjungan budaya pertama ini. Karena kami akan
mengunjungi beberapa tempat bernilai sejarah yang ada di kota Tentena. Salah satu kota wisata yang ada di sulawesi tengah
khususnya kabupaten poso. Kota
tersebut terkenal karena terletak di pinggiran danau poso yang sangat menawan.
Akhirnya tiba
waktu keberangkatan kunjungan budaya pertama kami. Karena berangkatnya
kesiangan, sampai di tempat kunjungan pertama sudah waktunya makan siang. Kami
mampir di sebuah baruga untuk makan bersama.
Setelah makan
bersama usai, kami menuju tempat kunjungan budaya pertama yaitu Watu Asa
Mpangasa Angga. Watu asa mpangasa angga adalah gundukan-gundukan batu yang
sangat besar yang berada di atas pinggiran danau poso, tempat dimana
orang-orang zaman dahulu mengasah peralatan mereka untuk bertani dan berkebun.
Pada waktu tetentu orang-orang yang datang ke tempat itu untuk memancing atau
sekedar bersantai menikmati pemandangan danau yang sangat indah, konon masih
mendengar suara-suara aneh seperti orang yang beramai-ramai mengasah peda atau
parang. Hmm, Berdiri diatas
gudukan-gundukan batu tersebut asyik lho ! kayak laskar pelangi gituu… tapi sayang
banget, tempat itu kurang di beri perhatian oleh pemerintah. Sehingga tempatnya
kelihatan acakadut alias acak-acakan.
Setelah puas
menikmati pesona keindahan danau poso serta narsisan
di Watu asa mpangasa angga rombongan kunjungan budaya Banua Ananggodi
meluncur ke sebrang danau dengan melewati sebuah jembatan menuju Ue Datu di
daerah pamona. Nama kerennya The Legend Of Ue Datu. Tempatnya teratur dan keren loh ! soalnya disana udah
dibangun cottage untuk para wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara yang
ingin menginap. Cottage tersebut di kelola oleh salah satu perusahaa swasta
yang ada di kabupaten poso. Nggak
Cuma itu, disana terpajang foto serta peta letak patung-patung megalith yang
ada di kabupaten poso yang tersebar di lembah lore hingga dataran pamona. meskipun hanya melihat foto, aku kagum banget ! soalnya aku baru tau ternyata
di poso ada juga tempat-tempat bersejarah dan patung-patung megalith yang harus
di jaga dan di lestarikan keberadaannya. Di Ue Datu kami di berikan materi yang
dapat menambah pengetahuan kami mengenai apa itu Ue Datu, yaitu tempat
permandian raja pamona zaman dahulu juga mengenai Sidat, yaitu ikan khas danau
poso yang lebih di kenal dengan nama sogili, de-el-el.
Saat
mengunjungi Ue Datu, anak-anak Banua Ananggodi di ajarkan sebuah lagu oleh kak
Ningsih yang dipelajarinya saat berkunjung ke India “aida..aida..aidiidaidaa…”
begitulah sepenggal syair lagu tersebut yang dinyanyikan sambil bertepuk
tangan. Selesai menyanyikan lagu tersebut kami semua tertawa terbahak-bahak,
karena lagunya sangat unik.
Perjalanan
dilanjutkan dengan mengunjungi sebuah tempat wisata yang cukup dikenal, air
terjun saulopa. Air terjun saulopa adalah air terjun berbatu-batu. Batu-batu
tersebut bertingkat-tingkat, hingga tingkat yang ke dua belas. Karena saat itu
hari minggu air tejun tersebut sedang ramai di kunjungi wisatawan lokal. Yuhuii, main air asyik euy ! tapi airnya, cool banget! maklum airnya berasal dari gunung.
Anak-anak Banua
Ananggodi yang narsis abis, tidak
akan melewatkan kesempatan untuk berpose di air terjun saulopa. Pokoknya seruu banget !
Puas berpose
ria di air terjun, kami menuju jembatan lama. Yaitu sebuah jembatan berwarna kuning
yang di bangun pada zaman penjajahan belanda. Jembatan tersebut masih berdiri
hingga sekarang, meskipun terlihat sudah sangat tua. Kami menikmati sunset di danau poso dari jembatan itu.
Sangat terasa kebersamaan di antara keberagaman kami. Waw gaya banget bahasanya ! he he he
Sebelum
mengakhiri kunjungan budaya kami di tentena, rombongan Kunjungan budaya Banua
Ananggodi mampir di hotel Wisata untuk dinner bareng. makanan yang di sediakan makanan-makanan lokal saja.
Tetapi sebelum
makan bersama, kami me-review hasil
kegiatan kunjungan budaya Banua Ananggodi hari itu. Banyak hal yang dapat kami
simpulkan selain kami dapat mengetahuin adanya tempat-tempat bersejarah dan
patung-patung megalith di kabupaten poso, antara lain kita sebagai masyarakat
poso harus bangga dengan aset-aset budaya yang kita miliki. Semua itu sangat
berharga lho ! karena itu kita
harus ikut serta dalam upaya melestarikan warisan budaya yang kita miliki
tersebut. Kita juga harus menyuarakan agar pemerintah lebih memberi perhatian
pada tempat-tempat seperti Watu asa mpangasa angga sehingga lebih menarik
wisatawan untuk datang berkunjung.
Yang paling
seru waktu itu saat beberapa temanku mencoba untuk menyapa turis-turis
mancanegara yang menginap di hotel tersebut “haloo mister…” tetapi tak di
gubris. Hanya beberapa saja yang membalas dengan say hello juga. Ha ha ha
Semua itu
merupakan pengalaman yang sangat berharga bagiku. Karena lewat kunjungan budaya
kali ini aku mendapat banyak pengetahuan baru. Pokoknya thank u xo much buat Banua Ananggodi dan KPPA SULTENG.
Sebetulnya
masih banyak lagi pengalaman-pengalaman menarik yang aku alami selama bergabung
bersama Banua Ananggodi, tapi aku udah
capek ni… Udah dulu yaa…
Salam manis Tya…